afa's world

welcome

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industrys standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

whenever,everywhere,whatever we're always

sekuter matik



Kisah Pertama di Spada Tercinta


Jam dinding di ruang tengah hampir menunjukkan pukul tujuh pagi, aku bergegas mengambil tas sekolah yang sudah aku siapkan tadi malam.
          “ PKN, olahraga…., semuanya sudah lengkap, moga aja nggak ada yang tertinggal, kasihan Afi dan papaku sudah lama menunggu, sebaiknya aku cepat-cepat keluar dan berangkat”, kataku dalam hati. Memang, seperti biasa aku dan Afi diantar oleh papa ke sekolah, karena ku belum bisa naik sepeda montor sendiri selain itu di sekolahku juga tidak boleh membaa sepeda motor. Senang rasanya bisa berkumpul kembali dengan teman-teman disekolah. Rasanya baru satu hari berlalu, sudah seperti orang yang lama tak bertemu.
          Masih terngiang-ngiang dikepalaku, perkataan papa tadi malam bahwa papa akan dipindah tugaskan ke Jakarta, itu berarti aku, Afi dan mamaku juga harus ikut kesana . ”hmm…untuk sementara bagaimana kalau, kalian tinggal di Jember, di rumah nenek!” kata papa. “Menurut aku saran papa itu sama saja, aku harus tetap meninggalkan teman-teman aku di makassar ini, fiuh… sudahlah aku tak boleh terus memikirkan hal itu, ntar aku nggak bisa tidur lagi karena nangis terus” kataku sambil menyemangatkan dalam hati.
            Akhirnya aku mengikuti saran papa untuk pindah ke Jember. Sebelum aku pergi, aku mengundang teman baik aku untuk makan-makan bersama,”Afa Afi jangan pernah lupakan kita ya…”kata Eky “pasti aku nggak akan pernah lupakan kalian semua, makasih ya…” jawabku. Ini adalah perkataan terakhirku dengannya, setelah itu aku takkan pernah berbicara secara langsung dengannya lagi.
“nah semua barang ini sudah siap kita bawa, untuk yang besar-besar kita kirim saja” kata mama. “ayo kita berangkat sekarang” kata papa. Saudaraku yang kebetulan juga berada di makassar ikut mengantarkanku sekeluarga pergi ke bandara.” Selamat tinggal kota makassar, ku tak akkan pernah melupakanmu” kataku sambil terisak.
          Tiba di bandara Surabaya aku masih harus melanjutkan perjalananku ke Jember, butuh waktu empat jam untuk kesana, itupun kalau tidak macet. Di bandara aku telah di jemput oleh nenekku, kemudian kami pulang ke Jember bersama-sama. Setelah sampai di jember aku terus memikirkan bagaimana dengan sekolah baru aku, karena aku penasaran, aku bertanya pada mamaku “ ma, aku nanti akan sekolah dimana?, sama mbak Bela?” kemudian mama menjawab ”di SMP 2, di sana sekolahnya bagus dan terkenal, Bela sekolah di SMP 1, sebenarnya disana juga bagus, cuma kepala sekolahnya tidak menerima siswa baru, karena tidak ada bangku kosong”.
          Keesokan harinya aku diantar oleh papa dan mama ke sekolah baruku SMP 2 Jember… “fiuh, akhiranya sampai juga. Sekarang aku harus masuk ke kantor, di dalam kantor rupanya aku dan juga Afi telah ditunggu oleh seorang guru untuk mengujiku” kataku dalam hati, “Nah nanti hasilnya lihat besok saja ya…, soalnya sekarang sudah kesiangan” kata pak pengawas, yang bernama Pak Teguh itu.  Akhirnya aku pulang dengan harapan aku bisa diterima disana.
Esoknya aku sudah kembali ke SMP 2, alhamdulillah aku dan Afi di terima di SMP 2 ini. Kemudian Pak Teguh menyuruh aku dan Afi memilih kelas 8A atau 8C. Katanya 8A itu anaknya lebih pendiam daripada 8C, akhirnya aku mendapatkan kelas 8A, Afi yang mendapatkan kelas 8C, langsung disuruh ikut dengan wali kelasnya untuk masuk… “wah untung saja aku belum disuruh masuk karena wali kelasku belum datang”, kataku dalam hati sambil cengengesan. ”Wah ternyata wali kelasnya 8A ini tidak masuk, kalau begitu saya suruh anak saya saja yang mengantarkan mbak Afa ya…“ kata Pak Teguh. “ akupun diantar oleh Neni, aku kira dia anaknya Pak Teguh, ternyata bukan”kataku dalam hati. Kemudian kami bersalaman dan dia mengajakku ke suatu tempat yang nantinya akan menjadi kelasku, kelas 8A. Rupanya murid-murid 8A sedang ulangan harian, sambil menunggu selesai, aku berkenalan dengan teman- teman yang lainnya.
Setelah berada di kelas 8A, ketua kelas menyuruhku untuk memperkenalkan diri di depan kelas, aku sangat tegang sepertinya aku sudah menjadi es batu yang tidak bisa bergerak, tapi aku menahannya, karena aku yakin aku pasti bisa.
Akhirnya selesailah sudah aku memperkenalkan diri didepan kelas, tapi ketegangan itu belum berakhir, karena kupikir aku masih merasa asing di sekitarku ini. Tidak kusangka pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Jawa, “wah-wah pusing betul aku ini” kataku dalam hati seraya tidak percaya.
Di tengah-tengah pelajaran Bahasa Jawa aku dipanggil oleh seorang guru yang rupanya itu adalah wali kelasku, namanya Bu Kustantini, tapi teman-temanku biasa memanggil beliau Bu Kus. Kemudian aku ditanya-tanyakan tentang kedatanganku ke SMP 2 ini, dan beliau hanya berpesan kepadaku agar aku bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang baru ini.
Jam pelajaran telah usai, saatnya untuk pulang sekolah. Sesampainya di rumah aku menceritakan semua pengalaman terbaruku pada keluargaku di rumah.
Esoknya aku melakukan aktivitas belajar seperti biasa. Setelah aku renungkan ternyata di SMP 2 yang memiliki nama singkat SPADA ini mempunyai beberapa perbedaan, baik yang dapat dilihat maupun tidak, salah satunya adalah pelajaran matematika yang sangat mendetail “sungguh aku harus bisa mengejar pelajaranku yang tertinggal” kataku dalam hati.
Hampir setiap hari, diawal masuk SMP 2 aku selalu kesepian tidak ada seorang pun yang bisa menghibur dan menemaniku, memang awalnya aku selalu menjadi pusat perhatian orang banyak, terutama murid-murid SMP 2, tapi setelah itu jarang sekali ada teman yang ingin bermain denganku, mungkin bagiku mereka semua sudah mempunyai sahabat, jadi buat apa lagi menambah satu teman yang kurang bergaul dan terlalu pendiam seperti aku ini tapi bila sudah kenal dan akrab aku bisa ketawa cekikikan yang nggak berhenti-henti. Hingga suatu ketika, seseorang mengagetkanku “Eh kamu kok diam aja sih?” kata seorang anak yang bernama desi itu. “kalau ada anak yang lagi kumpul-kumpul ikutan aja nggak apa-apa kok” katanya lagi. “oh… ia” jawabku.
Akhirnya aku mencoba mendekati mereka, saat pelajaran olah raga, kelas kami harus membuat suatu kelompok, dimana didalam kelompok tersebut dibutuhkan kekompakan antar sesama anggota kelompok, pada saat itulah ada seorang anak yang selalu mengajak aku untuk bermain, dan hanya bukan pada saat pelajaran olah raga saja, setiap istirahat, pelajaran dan sebagainya. Kini aku sudah tak kesepian lagi, meskipun tidak setiap saat dia menemaniku. Hingga suatu ketika dia mengatakan bahwa aku harus bisa mendapatkan teman, agar aku tidak kesepian lagi. “Karena dialah akhirnya aku bisa mendapatkan teman lebih banyak daripada sebelumnya, dan aku yakin aku pasti bisa lebih baik di kelas 9 nanti” kataku sambil bertekad dalam hati.    
Sudah dua bulan aku lalui dan sekarang saatnya aku melakukan ujian akhir semester, banyak ulangan yang remedial, tapi aku pasti bisa mengejar mereka semua dan melakukan aktivitas sekolah seperti biasanya